Sabtu, 11 Juli 2015

Idul Fitri; Pengembalian Manusia Ke Fitranya




Saat sang surya kemarin sore kembali keperaduannya, gema takbir, tahmid, dan tahlil kembali membahana dalam singgasana kehidupan kita. Meski hari telah berganti senja, lantunan takbir, tahmid, dan tahlil tersebut tetap saja berkumandang, seolah tak kenal lelah mengangunkan kebesaran Allah.

Alunan suara merdu yang disertai hentakan bunyi beduk mengingatkan kita akan sebuah keindahan lebaran yang pernah kita lalui bersama dalam kehidupan ini. Lebaran senantiasa menyisakan suasana keceriaan dan kebahagiaan, karena kita dapat berkumpul bersama keluarga, sahabat dan orang tua yang kita cintai, sehingga kita pun sadar bahwasanya begitu banyak nikmat yang Allah SWT telah diberikan kepada kita. Sehingga kita pun patut untuk senantiasa mensyukurinya.

Hadirin Sekalian, Setelah kurang sebulan kita menjalankan ibadah puasa, akhirnya kita tiba pada hari ini, hari yang dinanti-nantikan oleh segenap umat islam diseluruh penjuru dunia, yaitu hari raya idul fitri, hari dimana kita dikembalikan oleh Allah kepada fitrah kesucian dengan terlebih dahulu kita disucikan secara lahir dan batin dari segala dosa-dosa kita.

Oleh karena itu, di hari yang fitrah ini, mari kita sejenak merenungkan apa yang akan kita saksikan pada hari raya kali ini. Kita penuhi langit dengan gemuruh takbir dan tahmid, yang tiada lain sebagai bentuk ucapan rasa syukur kita di hadapan Allah SWT akan sebuah kebesaran dan kenikmatan yang telah Allah curahkan kepada kita semua, sehingga pada hari ini kita dapat berkumpul ditempat ini guna melaksanakan hari raya Idul Fitri, hari  dimana tidaklah semua orang diberi kesempatan oleh Allah untuk menikmatinya.

Puluhan hari lebaran telah kita kita lewati dalam kehidupan kita, sebanyak bilangan ramadhan yang telah kita jalani bersama. Sering lebaran kita jadikan sebagai tempat untuk salaing memaafkan, bersilaturrahmi dan saling berbagi diantara sesama, namun tidak semua lebaran yang kita jalani penuh dengan kebahagiaan, terkadang kita menjalani lebaran dirundung oleh kesedihan dan diuji oleh berbagai macam cobaan.

Allahu Akbar 3x….. Walillahil hamdu

Ada satu hal yang tidak pernah berubah dalam setiap kita berlebaran. Yaitu, ada saja saudara, karib kerabat, orang tua dan anak-anak kita yang tidak sempat berlebaran bersama kita tahun ini, mereka tidak ikut bertakbir bersama kita, kita tidak dapat lagi menyaksikan wajah mereka dengan ceria, kita tidak bisa lagi mengulurkan tangan untuk meminta maaf kepada mereka, dikarenakan mereka telah mendahului kita menghadap Allah SWT, mereka telah dipanggil oleh sang pencipta jagad raya ini untuk menutup mata selama-lamanya.

Inna lillahi wainna ilaihi rajiun hanya itulah ucapan yang bisa kita ucapkan sebagai hamba Allah yang lemah dan tak berdaya di hadapan ke-mahakuasaan-Nya. Ucapan seorang hamba yang mampu memahami akan ketidak kekekalan dirinya. Kullu man alaiha fanin wayabqa rabbuka dzuljalali wal ikram (semua ciptaan Allah akan hancur kecuali Allah SWT).

Terkait hal itu, menarik kiranya untuk mendengarkan lantunan doa anak-anak yatim;Ya Allah curahkanlah kebahagiaan dan kenikmatan-MU kapada orang-orang yang telah engkau panggil lebih dahulu menghadap kepadamu. Ya Allah Tuhan kami, kemaha kuasanmulah yang meliputi seluruh jagad raya ini, dan atas dasar kemahakuasaanmu pula kami memohon, ampunilah mereka orang tua kami, ibu bapak kami, saudara (i) kami, dan keluarga kami yang telah menghadap kepada-Mu ya Allah jauhkanlah mereka dari siksa kubur, berkatiah mereka karena Sesungguhnya engkaulah maha pemberi berkat lagi maha bijaksana.
 
Ya Allah kematian telah memisahkan kami dengan orang-orang yang kami cintai, maka dari itu kami memohon kepada-Mu ya Allah, ihlaskanlah hati kami untuk melepaskannya, agar ia bisa beristirahat dengan tenang disisimu. Meski lebaran hari ini terasa sepi tanpa kehadirannya, tapi kami ikhlaskan kepergiannya dari sisi kami, karena kami sadar bahwa kematian yang telah mereka jalani adalah upaya untuk menunaikan kesempurnaan hidup, karena dimana ada kehidupan disitu pasti ada kematian, bukanlah kehidupan yang tidak ada kematian di dalamnya. Syakallahu Sarahu wa gafarllahu dzunubahu wadahalal jannata mastwahu.
 
Allahu Akbar 3x…. Walillahil hamd

Setelah kita mendengar lantunan doa tersebut, sejenak mari kita kembali merenung bahwa siapa lagi diantara kita yang hadir di tempat ini yang tidak sempat untuk berlebaran di tahun yang akan datang. Boleh jadi tahun tahun depan giliran kita dipanggil oleh Allah Swt, meninggalkan keluarga, anak, isteri, suami dan meninggalkan segala kenikmatan dunia ini.

Olehnya itu, pertanyaan yang paling tepat untuk kita tanyakan kepada diri kita masing-masing adalah: sudah siapkah kita menghadap Allah swt…..?  tentunya pertanyaan sangat sulit untuk kita jawab jika diri kita masih bergelimang dengan dosa-dosa.

Allahu Akbar 3x…. Walillahil hamd
Ibadah puasa yang kita kerjakan sebulan penuh telah mengajarkan kepada kita semua tentang hakikat, tujuan dan makna ibadah puasa, sebagaimana yang digambarkan dalam Alquran.  Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaiman diwajibkannya atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.Ayat ini sangat jelas memberikan gambaran kepada kita semua tentang makna dan tujuan dari ibadah puasa, yaitu untuk menggapai predikat taqwa. Dan taqwa inilah yang menjadi anjuran Allah untuk dijadikan sebagai bekal mengahadap kepada-Nya.

الألْبَابِ أُولِي يَا وَاتَّقُونِ التَّقْوَى الزَّادِ خَيْرَ فَإِنَّ  وَتَزَوَّدُوا
            Berbekallah, karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal. (QS Al-Baqoroh : 197)

Pertanyaannya kemudian, manakah yang di maksud dengan orang-orang yang bertaqwa itu? yang di maksud dengan orang yang bertaqwa adalah: orang yang senantiasa menjauhi larangan Allah dan mengerjakan apa yang telah diperintahkan Allah kepada kita.

Jika tujuan dari ibadah puasa agar manusia bertaqwa, maka ciri-ciri orang yang bertaqwa sebagaimana yang di gambarkan dalam Alquran adalah sebagai berikut: pertama; orang yang senantiasa menafkakan sebahagian hartanya baik dalam keadaan susah maupun lapang (senang).

Dalam bulan ramadhan kita telah banyak ber-infak (bersedeqah) dan salah satunya adalah mengeluarkan zakat fitrah sebagai peringan beban bagi mereka yang kesusahan. Tak hanya itu, zakat fitrah juga menjadi penyempurnah ibadah puasa kita, sebagaimana hadits nabi yang berbunyi:

Amalan puasa seorang hamba Allah bergantung antara langit dan bumi Allah tidak menerima ibadah puasa seorang hambanya sebelum ia mengeluarkan zakat fitrah bagi orang yang mampu untuk berzakat.

Allahu Akbar 3x…. Walillahil hamd

Olehnya itu, takbir dan tahmid yang kita kumandankan di hari yang fitri ini sejatinya mampu membuka kesadaran kita akan seberapa banyak saudara-saudari kita yang kurang mampu hidup disamping kita, seberapa banyak anak-anak yang terpaksa putus sekolah dikarenakan orang tua mereka tidak mampu membiayai uang sekolah anaknya yang kian hari semakin mahal, seberapa banyak fakir dan miskin yang hidup disamping kita, hidup dalam kemelaratan.
Apalah artinya takbir dan tahmid yang kita kumandankan pada hari ini jika hal tersebut tidak mampu membuka mata hati dan kesadaran kita kepada sanak-saudara kita yang hidup dibawah garis kemiskinan. Allah berfirman dalam Alquran:

Tahukah kamu orang-orang yang mendustakan agama, yaitu mereka orang-orang yang menghardik anak yatim dan enggan member makan kepada fakir miskin.

Hadirin sekalian…. pernah suatu ketika Nabi kita Muhammad SAW hendak ke lapangan untuk melaksanakan salat Idul Fitri, tiba-tiba langkahnya terhenti karena mendengar seorang anak kecil menangis terseduh-seduh di sudut lapangan. Dihampirilah anak itu, kemudian Rasulullah bertanya kepada anak kecil tersebut: “Wahai anakku kenapa engkau menangis, tidakkah hari ini adalah hari kebahagiaan karena kita berlebaran”?, Anak tersebut menjawab “saya menangis karena saya lapar”! Rasulullah kembali bertanya “Wahai anakku mana bapakmu”?, jawab anak tersebut, “ayahku telah meninggal, sedangkan ibuku telah kawin lagi dengan orang lain sementara saya dibiarkan hidup miskin dan kelaparan’, Rasulullah kembali bertanya “dimana teman-teman sepermainanmu”? jawab anak tersebut, “mereka tidak mau berteman dengan saya karena saya tidak punya baju baru, saya tidak sanggup untuk membelinya, akhirnya mereka pun menjauhi saya dan mereka malu berteman dengan saya’’. Rasulullah pun berkata, nasib kita sama wahai anakku, orang tua saya meninggal sewaktu saya masih dalam kandungan. Tapi maukah engkau jika sekiranya saya menjadi bapakmu dan Aisyah jadi ibumu…?,

Anak tersebut pun menjawab iya dan Nabipun membawa pulang anak tersebut dan mengatakan kepada isterinya, ya Aisyah mandikan anak ini dan berikan dia pakaian baru. Anak ini yatim (tidak punya bapak) dan dia juga berhak bergembira di hari lebaran ini seperti halnya dengan anak-anak yang lain.

Sepenggal kisah diatas menggambarkan betapa Nabi kita Muhammad Saw tidak hanya mencintai anak yatim tapi juga sangat memuliakannya. Olehnya itu zakat fitrah yang kita keluarkan di bulan ramadhan adalah ibadah sosial yang tujuannya untuk meringankan beban, bagi mereka yang kurang mampu, termasuk anak-anak yatim.
Demikian pula, dengan mengeluarkan zakat fitrah, kita telah membersihkan harta-harta kita dari hal-hal yang tidak jelas atau haram. Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan doakanlah untuk mereka. karena sesungguhnya do'a kamu itu merupakan ketenteraman jiwa bagi mereka. (QS. At-Taubah : 103) 
 
Allahu Akbar 3x…. Walillahil Hamd

Pernah suatu ketika malaikat meminta ijin kepada Allah Swt untuk turun ke bumi menyaksikan amalan-amalan manusia, Di bumi malaikat menyaksikan dua amalan dimana kedua amalan tersebut tidak dilakukan oleh penduduk langit. Kalau penduduk bumi melakukan tawaf ketika berhaji, itu pun dilakukan oleh penduduk yang ada di langit. Jika penduduk bumi bertasbih dan memuji kebesaran Allah, maka itupun dilakukan oleh penduduk langit. Lalu apa amalan penduduk bumi yang tidak dilakukan oleh penduduk langit itu? Jawabannya adalah;

  1. penduduk bumi suka membantu orang-orang miskin melalui sedekah yang datangnya dari orang-orang kaya.
  2. jeritan atau tangisan seorang pendosa yang senantisa memohon ampun kepada Allah swt. Allah berfirman bahwasanya tangisan para pendosa yang meminta maaf kepadaku lebih aku cintai daripada gemuruh takbirnya orang-orang yang bertasbih.
Hadirin sekalian, cirri yang kedua orang yang bertaqwa adalah orang yang bisa menahan amarahnya. Emosi yang berujung pada kemarahan tidak terkendali kerap menimbulkan pertengkaran serta mengakibatkan terputusnya hubungan persaudaraan dianatara kita.

“Janganlah kalian saling membenci, jangan saling dengki dan iri, dan jangan pula saling memusuhi, jadilah hamba Allah yang bersaudara, dan tiadalah halal bagi muslim untuk memutus hubungan-memusuhi saudara muslimnya lebih dari tiga hari” (Shahih Bukhari).

Allahu Akbar3x…. Walillahil hamd
Dalam alquran tidak ada satupun ayat yang memerintahkan kepada kita untuk meminta maaf, yang ada adalah perintah untuk memberi maaf kepada mereka yang telah berbuat dosa kepada kita. Kenapa demikian, karena meminta maaf itu lebih gampang dari pada memberi maaf kepada mereka yang telah melukai kita. Dan hanya merekalah orang-orang yang bijaksana dan lagi bertaqwa yang mampu menahan amarahnya mampu melakukan itu.

Olehnya itu, di hari yang fitrah ini marilah kita untuk saling memaafkan diantara sesama manusia, mari melupakan semua masalah yang pernah terjadi dan kita membuka lembaran baru kehidupan. Karena pada dasarnya hakeat dari Idul Fitri adalah kemampuan untuk mentuluskan hati kita memberi maaf kepada orang lain, sebelum orang tersebut meminta maaf kepada kita. Sehingga kita pun bisa menjadi manusia yang suci bagaikan bayi yang baru dilahirkan dari perut ibu kita.















0 komentar: