Jumat, 17 April 2015

PMII dan Fenomena Kebangsaan


"Inilah kami wahai Indonesia, satu angkatan dan satu jiwa, putera bangsa bebas merdeka...."

Demikian salah satu bunyi lirik lagu mars Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), salah satu organisasi yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 17 April 1960, di Surabaya. Lagu tersebut kerap dinyanyikan dalam setiap acara atau kegiatan-kegaiatan yang digelar oleh PMII.


Lagu yang diciptakan oleh Sahabat Shaimoery WS ini, di dalamnya mengadung makna dan cita-cita yang ingin diusung oleh PMII untuk bangsa ini.  Makna dari lagu "kebangsaan" PMII ini diharapkan mampu menjiwai kehidupan kaderisasinya. Sehingga PMII pun bisa menjadi rumah bersama bagi setiap warga negara Indonesia, khususnya bagi mereka, komunitas yang terpinggirkan dan termiskinkan.

Selain itu, seruan terhadap Indonesia, sebagaimana yang terdapat dalam lirik lagu tersebut, tentunya tidak hanya ingin memperlihatkan diri sebagai organisasi Islam yang berpaham kebangsaan, tapi juga sekaligus ingin memperlihatkan betapa cita-cita PMII untuk kehidupan bangsa yang plural dan multikultur ini menjadi perhatian dari setiap angkatan serta menjadi ruh (jiwa) dari semangat kaderisasi PMII.

Fenomena Kebangsaan
Momentum ini semakin menemu ruang disaat bangsa ini digempur oleh berbagai macam ideologi, mulai dari ideologi ekstrim sampai pada ideologi liberal. Stuasi PMII di era sekarang ini memang agak rumit, sebab tantangannya tidak hanya muncul dari internal PMII itu sendiri, tapi juga dari luar.

Mencuatnya gerakan radikalisasi agama yang ingin mencaplok NKRI dengan mengunakan ideologi yang sifatnya ekstrim, disatu sisi membuat batas negara kita semakin mengecil. Jika dulu negara ini dibatasi oleh wilayah teritorial dan patok, maka saat ini batas negara tersebut pelahan mengalami pergeseran.

Batas negara kita dewasa ini, tidak lagi dilihat dan dipahami hanya sebatas patok dan wilayah teritorial semata, tapi juga pada tataran ideologi. Atau dalam artian, batas negara kita telah berubah wujud, dari fisik ke ideologi. Sakin sempitnya, ia bisa ditemukan dalam kehidupan rumah tangga kita dewasa ini.

Pada konteks inilah, PMII sebagai organisasi kader harus lebih fokus untuk memikirkan bagaimana cara menangkal gerakan radikalisasi agama tersebut, tentunya dengan mengunakan potensi gerakan kaderisasi yang selama ini intes dilakukan. Apalagi yang banyak terlibat menjadi anggota kelompok Islam garis keras tersebut adalah kalangan anak mudah bangsa ini, yang pemahaman agamanya boleh dibilang masih minim, serta jauh dari pemahaman sejarah kebangsaan Indonesia.

Olehnya itu, yang terpenting untuk disikapi saat ini adalah bagaimana menjaga ajaran Islam Ahlusunna Waljamaah agar tidak tergerus oleh paham radikalisasi agama yang belakangan ini semakin menguat. Jika kelompok Islam garis keras ini mampu mengusai Indonesia, maka salah satu organisasi yang patut untuk disoroti adalah PMII, karena PMII lah salah satu organisasi yang berani mengklaim diri sebagai organisasi Islam yang berpaham kebangsaan. 

Persolan Internal
Saat ini, usia PMII telah mencapai 55 tahun. Diusianya yang cukup matang ini justru ia disibukkan oleh berbagai macam persoalan internal. Sehingga menurut pengamatan sebagian alumninya, hal tersebut cukup banyak menguras tenaga dan pikiran para pengurusnya dan mengakibatkan proses kaderisasi tidak berjalan efektif.

Secara internal kelembagaan, ada dua hal yang menjadi pesoalan di PMII saat ini, yaitu PMII diminta untuk kembali menjadi Badan Otonom (Banom) NU, setelah PMII menyatakan diri keluar dari Banom NU pada tahun 1972. Kedua; pemberlakuan administrasi baru bagi kalangan pengurus, baik ditingkat PB sampai tingkat Rayon.

Sejatinya, kedua persoalan tersebut tidak menghabat gerak dan cara berpikir kader PMII dalam melihat realitas kehidupan bangsa kita saat ini. Pada kontes ini, tidak penting untuk meributkan kedua persoalan tersebut, lagian perdebatan itu tidak ada kaitannya dengan fenomena kebangsaan.

Meminjam istilah Teng Xiao Ping, tidak penting kucing itu warnanya hitam, atau putih, yang penting dia bisa menangkap tikus. Selamat hari Jadi PMII yang ke 55, semoga kader-kedermu senantiasa dewasa dalam menyikapi perbedaan, serta mampu bertetangga dengan baik, khususnya dengan organisasi lain di luar PMII.

Tribun Timur, 20 April 2015

0 komentar: