"Inilah kami wahai Indonesia, satu angkatan dan satu jiwa, putera bangsa bebas merdeka...."
Demikian salah satu bunyi lirik lagu mars
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), salah satu organisasi yang lahir
dari rahim Nahdlatul Ulama (NU) pada tanggal 17 April 1960, di Surabaya. Lagu
tersebut kerap dinyanyikan dalam setiap acara atau kegiatan-kegaiatan yang
digelar oleh PMII.
Lagu yang diciptakan oleh Sahabat Shaimoery
WS ini, di dalamnya mengadung makna dan cita-cita yang ingin diusung oleh PMII
untuk bangsa ini. Makna dari lagu
"kebangsaan" PMII ini diharapkan mampu menjiwai kehidupan
kaderisasinya. Sehingga PMII pun bisa menjadi rumah bersama bagi setiap warga
negara Indonesia, khususnya bagi mereka, komunitas yang terpinggirkan dan
termiskinkan.
Selain itu, seruan terhadap Indonesia,
sebagaimana yang terdapat dalam lirik lagu tersebut, tentunya tidak hanya ingin
memperlihatkan diri sebagai organisasi Islam yang berpaham kebangsaan, tapi
juga sekaligus ingin memperlihatkan betapa cita-cita PMII untuk kehidupan
bangsa yang plural dan multikultur ini menjadi perhatian dari setiap angkatan serta
menjadi ruh (jiwa) dari semangat kaderisasi PMII.
Fenomena
Kebangsaan
Momentum ini semakin menemu ruang disaat
bangsa ini digempur oleh berbagai macam ideologi, mulai dari ideologi ekstrim
sampai pada ideologi liberal. Stuasi PMII di era sekarang ini memang agak
rumit, sebab tantangannya tidak hanya muncul dari internal PMII itu sendiri,
tapi juga dari luar.
Mencuatnya gerakan radikalisasi agama yang
ingin mencaplok NKRI dengan mengunakan ideologi yang sifatnya ekstrim, disatu
sisi membuat batas negara kita semakin mengecil. Jika dulu negara ini dibatasi
oleh wilayah teritorial dan patok, maka saat ini batas negara tersebut pelahan mengalami
pergeseran.
Batas negara kita dewasa ini, tidak lagi
dilihat dan dipahami hanya sebatas patok dan wilayah teritorial semata, tapi
juga pada tataran ideologi. Atau dalam artian, batas negara kita telah berubah
wujud, dari fisik ke ideologi. Sakin sempitnya, ia bisa ditemukan dalam
kehidupan rumah tangga kita dewasa ini.
Pada konteks inilah, PMII sebagai organisasi
kader harus lebih fokus untuk memikirkan bagaimana cara menangkal gerakan
radikalisasi agama tersebut, tentunya dengan mengunakan potensi gerakan
kaderisasi yang selama ini intes dilakukan. Apalagi yang banyak terlibat menjadi
anggota kelompok Islam garis keras tersebut adalah kalangan anak mudah bangsa ini,
yang pemahaman agamanya boleh dibilang masih minim, serta jauh dari pemahaman
sejarah kebangsaan Indonesia.
Olehnya itu, yang terpenting untuk disikapi
saat ini adalah bagaimana menjaga ajaran Islam Ahlusunna Waljamaah agar tidak tergerus oleh paham radikalisasi
agama yang belakangan ini semakin menguat. Jika kelompok Islam garis keras ini
mampu mengusai Indonesia, maka salah satu organisasi yang patut untuk disoroti adalah
PMII, karena PMII lah salah satu organisasi yang berani mengklaim diri sebagai organisasi
Islam yang berpaham kebangsaan.
Persolan
Internal
Saat ini, usia PMII telah mencapai 55 tahun.
Diusianya yang cukup matang ini justru ia disibukkan oleh berbagai macam persoalan
internal. Sehingga menurut pengamatan sebagian alumninya, hal tersebut cukup
banyak menguras tenaga dan pikiran para pengurusnya dan mengakibatkan proses
kaderisasi tidak berjalan efektif.
Secara internal kelembagaan, ada dua hal yang
menjadi pesoalan di PMII saat ini, yaitu PMII diminta untuk kembali menjadi
Badan Otonom (Banom) NU, setelah PMII menyatakan diri keluar dari Banom NU pada
tahun 1972. Kedua; pemberlakuan administrasi baru bagi kalangan pengurus, baik
ditingkat PB sampai tingkat Rayon.
Sejatinya, kedua persoalan tersebut tidak
menghabat gerak dan cara berpikir kader PMII dalam melihat realitas kehidupan
bangsa kita saat ini. Pada
kontes ini, tidak penting untuk meributkan kedua persoalan tersebut, lagian
perdebatan itu tidak ada kaitannya dengan fenomena kebangsaan.
Meminjam istilah Teng Xiao Ping, tidak penting kucing itu warnanya
hitam, atau putih, yang penting dia bisa menangkap tikus. Selamat
hari Jadi PMII yang ke 55, semoga kader-kedermu senantiasa dewasa dalam menyikapi
perbedaan, serta mampu bertetangga dengan baik, khususnya dengan organisasi
lain di luar PMII.
Tribun Timur, 20 April 2015
0 komentar:
Posting Komentar