Jumat, 17 April 2015

Gus Irwan; Menghormati Non Muslim Bukan Ajaran Liberal

Majelis Sholawat Jaringan Gusdurian Yogyakarta kembali mengelar acara sholawatan di pendopo hijau Lembaga Kajian Islam Sosial (LKiS), Jalan Pure. No. 203 Sorawajan Kota Yogyakarta. 
 
Acara yang berlangsung cukup meriah ini dihadiri puluhan aktivis Gusdurian Yogyakarta, PMII Cabang Sleman dan PMII Cabang Yogyakarta. Selain itu, Hadir juga Direktur LKiS, Hairus Salim, Koordinator Jaringan Gusdurian Sulselbar, Suaib Amin Prawono, Penulis buku Suluk Gus Dur, Nur Kholik Ridwan dan Irwan Masduki  serta beberapa warga sekitar.

 
“Dulunya waktu majelis sholawatan ini dibentuk pada bulan Sepetember 2014 lalu, orang yang hadir bisa dihitung jari, tapi lama kelamaan semakin bertambah banyak, sehingga pendopo ini pun tidak muat,” ungkap Hairus Salim di lokasi acara, Rabu malam (25/03).
 
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIP ini diawali dengan pembacaan tahlil, kemudian  dilanjutkan dengan pembacaan maulid addiba dan diakhiri dengan pembacaan doa serta tauziah yang disampaikan oleh Irwan Masduki. 
 
Dalam Tauzianya, Irwan Masduki meminta anak-anak Gusdurian meniru prilaku hidup nabi dan ajarannya yang toleran terhadap perbedaan, terkhusus pada perbedaan agama.
 
“Suatu ketika nabi Muhammad SAW berdiri karena melihat  ada jenasa orang Yahudi yang lewat di depannya, sahabat pun menegurnya, wahai Nabi Allah, kenapa engakau berdiri menghormati Jenasa itu, dia itu kan orang Yahudi, Nabi pun menjawab, karena dia adalah manusia,” ungkapnya di depan ratusan Jama’ah.
 
Menurutnya, ajaran tersebutlah yang diteladani oleh Gus Dur. Sehingga tidak mengherankan jika Gus Dur sangat toleran terhadap non muslim. “Jadi harus dipahami,  menghormati non muslim bukanlah ajaran liberal, tetapi ajaran Nabi SAW,” ungkap pria yang akrab disapa Gus Irwan ini.
 
Lebih jauh, pengasuh Pondok Pesantren Assalafia II Melangi Yogyakarta ini mengatakan bahwa banyak majelis selawat yang berseliwerang, tapi sangat minim menceritakan kisah hidup nabi, sehingga kesannya pun tak ubahnya seperti paduan suara.
 
“Banyak majelis sholawat, tapi sangat jarang yang seperti Gusdurian menceritakan kisah hidup nabi. Sehingga kesannya pun seperti paduan suara” ungkapnya yang kemudian disabut tawa oleh jamaah sholawat.

0 komentar: