Majelis Sholawat Jaringan Gusdurian Yogyakarta kembali mengelar
acara sholawatan di pendopo hijau Lembaga Kajian Islam Sosial (LKiS), Jalan Pure. No.
203 Sorawajan Kota Yogyakarta.
Acara yang berlangsung cukup meriah
ini dihadiri puluhan aktivis Gusdurian Yogyakarta, PMII Cabang Sleman dan PMII
Cabang Yogyakarta. Selain itu, Hadir juga Direktur LKiS, Hairus Salim,
Koordinator Jaringan Gusdurian Sulselbar, Suaib Amin Prawono, Penulis buku Suluk
Gus Dur, Nur Kholik Ridwan dan Irwan Masduki
serta beberapa warga sekitar.
“Dulunya
waktu majelis sholawatan
ini dibentuk pada bulan Sepetember 2014 lalu, orang yang hadir bisa
dihitung jari, tapi lama kelamaan semakin bertambah banyak, sehingga
pendopo ini pun tidak
muat,” ungkap Hairus Salim di lokasi acara, Rabu malam (25/03).
Acara yang dimulai pukul 20.00 WIP ini
diawali dengan pembacaan tahlil, kemudian
dilanjutkan dengan pembacaan maulid addiba dan diakhiri dengan pembacaan doa serta tauziah yang disampaikan
oleh Irwan Masduki.
Dalam Tauzianya, Irwan Masduki meminta anak-anak Gusdurian meniru prilaku hidup nabi dan ajarannya yang
toleran terhadap perbedaan, terkhusus pada perbedaan agama.
“Suatu ketika nabi Muhammad SAW berdiri karena melihat ada jenasa orang Yahudi yang lewat di depannya,
sahabat pun menegurnya, wahai Nabi Allah, kenapa engakau
berdiri menghormati Jenasa itu, dia itu kan orang Yahudi, Nabi pun menjawab,
karena dia adalah manusia,” ungkapnya di depan ratusan Jama’ah.
Menurutnya,
ajaran tersebutlah yang
diteladani oleh Gus Dur. Sehingga tidak mengherankan jika Gus Dur sangat
toleran
terhadap non muslim. “Jadi harus dipahami, menghormati non muslim
bukanlah ajaran liberal, tetapi ajaran Nabi SAW,” ungkap pria yang akrab
disapa Gus Irwan ini.
Lebih jauh, pengasuh Pondok Pesantren Assalafia II Melangi Yogyakarta ini mengatakan bahwa
banyak majelis selawat yang berseliwerang, tapi sangat minim
menceritakan kisah hidup nabi, sehingga kesannya pun tak ubahnya seperti paduan
suara.
“Banyak
majelis sholawat, tapi sangat jarang yang seperti Gusdurian
menceritakan kisah hidup nabi. Sehingga kesannya pun seperti paduan
suara” ungkapnya yang kemudian disabut tawa oleh jamaah sholawat.
0 komentar:
Posting Komentar