Sabtu, 25 April 2015

Komunitas GUSDURian Polewali Mandar Sulawesi Barat Gelar Dialog

Polewari Mandar, Muslimedianews.com ~ Memperingati Hari Asyura 10 Muharram 1436 H kemarin, Komunitas Gusdurian Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat mengadakan doa bersama dan dialog kebangsaan. Kegiatan dilaksanakan di Baruga Siwali Parri’ Kodim 1402 Polman, Ahad malam pukul 20.00 (2/11/2013) waktu setempat.

Kegiatan yang juga dihadiri oleh lintas organisasi kepemudaan di Polman tersebut mengangkat tema  “Merayakan Keanekaragaman dan Meneguhkan Eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia”.

Membuka acara, Jamandi selaku kordinator Gusdurian Polman menjelaskan pentingnya kita sebagai umat Islam senantiasa memperingati hari besar Islam. “Memperingati hari Asyura, banyak hikmah yang bisa dipetik dibalik kejadian yang dialamai oleh para Nabi, Rasul dan contoh tauladan lainnya pada hari tersebut” ungkap Jamandi.

“Kemudian dialog ini juga kami adakan untuk mendiskusikan kearifan lokal Polman yang beragam suku, agama dan budaya yang hidup harmonis ” tambah Jamandi yang juga akrab di sapa Tiger.

Mengawali kegiatan, para peserta bersama-sama memanjatkan doa Asyura yang dipandu oleh Muhamad Adam, salah satu aktivis Lembaga Dakwah Kampus Universitas Al Asyariah Mandar (Unasman). Doa yang dibacakan merupakan doa yang disunnahkan oleh Rasulullah Saw untuk dipanjatkan pada malam 10 Muharram. Acara doa bersama berlangsung kurang lebih selama tiga puluh menit.

Setelah berdoa bersama, dilanjutkan dengan dialog kebaangsaan. Dialog tersebut menghadirkan tiga Narasumber yakni Suaib Amin Prawono (Kordinator Gusdurian Sulselbar), Kolonel Infantri Imran (Kasdim 1402 Polman) dan Syariat Tajuddin (Ketua Dewan Kesenian Sulawesi barat).

Dialog dimulai dengan penyampaian dari Kolonel Infantri Imran, mengenai kebangsaan dan ketahanan nasional. Banyak motivasi yang disampaikannya kepada pemuda untuk ikut peduli terhadap kebangsaan dan ketahanan nasional. “Pemuda harus selalu siap mengaktualisasikan kecintaannya terhadap negara ini,” ujar Imran. Di akhir orasinya, Imran mempertageas komitmen TNI yang senantiasa berada di garis terdepan menjaga kedaultan NKRI.

Selanjutnya, komitmen kebangsaan dari persfektif keasyariahan dan kemandirian disampaikan oleh Syariat Tajuddin. Menurut Syariat, identitas keindonesiaan kita bersumber dari kearifan lokal yang pada hakikatnya mengakomodir nilai-nilai budaya dan agama. “

Di Mandar, sejak lahir kita diajarkan nilai luhur agama dan tradisi oleh orang tua kita, Banyak kesamaan nilai-nilai kemandaran dan Islam, semuanya terwujud dalam kearifan lokal” ujar Syariat.

Merespon pemikiran luar yang menggerogoti para pemuda, Syariat menyarankan untuk kembali ke tradisi. “Dalam konteks keindonesiaan, negara hari ini berada pada posisi peran pemikiran, Generasi muda sering terjebak pada pemikiran dari barat” ujar Syariat. “Sebaiknya kembali kita mempelajari  nilai-nilai kearifan lokal dari kebudayaan kita, misalnya dalam konsep demokrasi, humanisme dan pluralisme yang sesungguhnya mandar dari dulu sudah punya konsep sama sekaitan dengan konsep tersebut” tambah Syariat.

Sedangkan terkait dengan komitmen kebangsaan Gus Dur, disampaikan oleh Suaib dalam orasinya, Suaib menjelaskan tentang visi kemanusiaan, pribumisasi Islam, pluralisme dan demokrasi yang digagas oleh Gus Dur. Kesemuanya menunjukkan bahwa komitmen kebangsaan Gus Dur tidak bisa diragukan lagi. “Gus Dur merupakan pejuang kemanusiaan yang memandang bahwa semua rakyat Indonesia sama di mata negara tanpa melihat perbedaan atau latar belakangnya” ujar Suaib.

Selanjutnya, mengenai ancaman liberalisme dan fundamentalisme terhadap eksistensi bangsa, Suaib memberikan solusi yakni kearifan lokal yang juga merupakan salah satu prinsip Gusdurian. “Kearifan lokal merupakan counter  wacana yang datang dari barat atau timur, kearifan lokal adalah asli dari Struktur pengetahuan kita dan inilah salah satu identitas ke-Indonesiaan kita” lanjut Suaib.

Dialog ini berjalan dengan baik dan antusias, ditandai dengan kritisnya peserta dalam menanggapi materi dari para narasumber. Muhammad arif salah satu peserta dialog yang memberikan tanggapan, menurutnya pihak yang menjaga kedaulatan bangsa ini tidak tegas  terhadap kelompok yang mencoba mengganti ideologi Pancasila. “Seakan negara kurang tegas terhadap kehadiran organisasi atau komunitas yang menolak Pancasila sebagai ideology negara,” ungkap arif.

Arif yang juga merupakan pimpinan redaksi UKM Pers Radikal Unasman melanjutkan, “Tidak seharusnya negara membiarkan organisasi yang menawarkan Syariat Islam atau Khilafah sebagai ideolog negara berkembang,” tambah Arif.

Dialog yang berlangsung kurang lebih tiga jam ini diakhiri dengan tanggapan masing-masing narasumber mengenai sosok Gus Dur. Bagi mereka sosok Gus Dur merupakan negarawan yang terbaik dan komitmen beliau terhadap eksistensi NKRI patut diteladani. (Sudianto/Anam)

sumber nu.or.id

0 komentar: