Tarakan tidak hanya menjadi Kota di Wilayah Kalimantan
Utara (Kaltara), melainkan juga menjadi bahagian dari ikon Provinsi Kaltara,
dibuktikan dengan keberadaan bangunan bandara Juata yang bertaraf internasional
dan sementara dalam proses penyelesaian. Demikian pula, pembangunan
infrastruktur Kota juga begitu pesat, khususnya bagian utara Kota Tarakan.
Fenomena tersebut, tentunya menjadi penanda bahwa
pemerintah Kota ini cukup serius dalam berbenah diri menuju Kota yang terdepan,
sebagaimana yang menjadi sebomboyan Provinsi Kaltara, “Sekarang Terbelakang, kelak akan menjadi yang terdepan”.
Kota tarakan berkeinginan untuk mensejajarkan
diri dengan Kota-Kota lain yang ada di bangsa ini, dan kalau perlu Kota tarakan
menjadi Kota kedua setelah Singapura. Demikian ungkapan salah seorang warga
kepada penulis saat berkunjung ke pantai Amal Kota Tarakan.
Sisi lain dari kota Tarakan, selain keindahan
bangunan Universitas Borneo (UB) yang berada di atas ketinggian, dan sekaligus
menjadi simbol kebanggaan Kota Tarakan, juga ditemukan perkebunan angrek milik
pemerintah kota, serta lahan-lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan dan semak
belukar yang segaja dijadikan sebagai hutan Kota (paru-paru Kota). Tanahnya
berwarna merah, menandakan bahwa wilayah pengunangan ini sangat subur dan sejuk.
Di atas pegunungan terlihat hamparan laut
yang begitu indah nan elok, serta kondisi jalan yang mulus, membuat penguna
jalan, baik motor maupun mobil merasa nyaman. Meski di wilayah ini, pengunan
jalan semakin bertambah setiap harinya, namun kemacetan nyaris tidak pernah
terjadi.
Tingginya angka pengguna jalan di tempat ini bisa
dimaklumi, mengingat di ujung Utara Kota ini terdapat tempat wisata bernama pantai
Amal yang sementara dalam proses pembangunan. Bangunan water park nantinya akan menjadi ikon wisata pantai, dan segaja dipersiapkan
oleh pemerintah Kota sebagai upaya untuk mewujudkan Tarakan sebagai tempat wisata
terbesar se-Kaltara.
Meski suasana di sekitar Pantai Amal masih
terbilang cukup sederhana, namun suasananya begitu terasa saat menyaksikan jejeran
warung makan dengan hidangan sea food yang
kebanyakan pengunjungnya adalah orang yang telah berkeluarga serta pedagang kaki lima yang seolah menjadi ciri khas tempat ini.
Sementara di bibir pantai kalangan muda bersantai
bersama pasangannya sambil menikmati es kelapa muda yang di pesan di
warung-warung kaki lima terdekat. Keberadaan mereka cukup tenang, karena di
tempat ini tidak ada pengamen dan pengemis, sebagaimana yang lazim
terjadi di tempat wisata di bangsa ini.
Di laut lepas deretan gundukan batu bara yang
ditarik oleh kapal Tronton nampak jelas kita saksikan dari bibir pantai. Secara
umum, fenomena tersebut sekaligus mengambarkan kekeyaan alam pulau Kalimantan,
dan hal ini tentunya menjadi pemandangan yang unik bagi penulis, yang baru pertamakali
berkunjung ke pantai Amal.
0 komentar:
Posting Komentar