Minggu, 29 Desember 2013

Diskusi Hari Toleransi Internasional: Pengikut Syiah Diserang


Kamis, 14 November 2013 23:26 WITA
TAK banyak yang tahu jika 16 November merupakan Hari Toleransi Internasional. Padahal, Indonesia menjadi negeri dengan setuja kasus kekerasan mengatasnamakan agama. 


Kasus Ahmadiyah versus Front Pembela Islam belum tuntas, begitu pula dengan penyerangan terhadap komunitas pengikut Syiah. Konflik antara Muslim dan Nasrani, diskriminasi terhadap penganut Khonghucu, sengketa gereja, dan berbagai kasus kekerasan lainnya belum menemukan titik terang penyelesainnya.

Penghargaan kenegarawanan diterima Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono dari sebuah yayasan antargama Amerika Serikat, Rabbi Arthur Schneier dari Appeal of Conscience Foundation, Mei 2013 lalu, kontroversial. Kebebasan menjalankan ibadah di negara berpenduduk mayoritas Muslim dan terbesar di dunia masih terkekang.Kasus kekerasan terkait agama di Indonesia, sebagaimana dilansir Setara Institute, pada tahun 2012, terjadi 264 kali.

Jumlah itu naik dari 244, tahun sebelumnya, dan 216 pada tahun 2010. 
Hari jelang peringatan Hari Toleransi, Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) melaporkan, Kamis (14/11/2013) sore, massa menyerang pengikut Syiah di gedung Yayasan Darussalam, dekat Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar. Sebanyak empat orang Syiah luka berat. Mereka diserang menggunakan senjata tajam dan benda tumpul saat memperingati Hari Asyura.

H-2, LAPAR dan Tribun Timur menggelar diskusi dengan topik Hari Toleransi Internasional di redaksi Tribun, Kamis sore. Hadir, pengikut Ahmadiyah, penganut Konghucu, penggiat ormas Islam, dan penggiat ormas kepemudaan Islam.

Terjadinya kekerasan bermotif agama dinilai pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Makassar, Firdaus Muhammad, karena negara gagal mengintervensi warganya guna menciptakan suasana kondusif dalam menjalankan agama dan kepercayannya. 


Sementara, penggiat Gusdurian Sulsel, Suaib Amin Prawono, malah menilai bahwa kekerasan terjadi karena lembaga MUI terlalu banyak mengeluarkan fatwa sesat.
 

“Justru itu yang banyak melahirkan kekerasan,” ujar Suaib. Kelompok tertentu terpantik emosinya atas fatwa itu sehingga melahirkan sentimen.
MUI diharapkan juga fokus pada pemberdayaan umat, tak hanya menerbitkan fatwa yang kadang kontroversial.
 

Pascaterbitnya fatwa sesaat terhadap Ahmadiyah, Syiah, maka terbangunlah stigma dan melahirkan kebencian. “Stigma itu masih sulit dihilangkan, walaupun misalnya, Ahmadiyah sudah menyatakan kembali ke jalan yang benar,” kata Firdaus.
 

Mubaligh Ahmadiyah Wilayah Sulsel, Jamaluddin Feeli menceritakan tekanan masih dialami kelompoknya dari pihak tertentu, kendati aparat telah memberikan jaminan keamanan. Kebebasan dalam menjalankan agama dan kepercayaan, sebagaimana dijamin dalam Undang Undang Dasar 1945, tak sepenuhnya ada. Sumber berita http://makassar.tribunnews.com/2013/11/14/diskusi-hari-toleransi-internasional-pengikut-syiah-diserang#



0 komentar: